Rabu, 12 Oktober 2016

Tugas 2 : Karangan fiksi

Jarak dan Waktu

Selalu ada yang menyakitkan saat jarak mulai turut campur dalam kehidupan seseorang, di dalam hubungan seseorang dan selalu ada yang menyakitkan di saat waktu yang terus berjalan tanpa adanya jeda dan tidak ada yang mengetahui kejadian apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, tidak ada yang mengetahui dengan siapa jarak diantara manusia itu akan berlaku. Ya… memang selalu ada dan penuh dengan enigma. Disaat semua itu terjadi apa yang bisa dilakukan manusia ? tergantung perspektif masing-masing.
Seperti yang aku lakukan disini, duduk bersimpuh di depan pusara orang yang sangat aku cintai orang yang sangat aku hormati, orang yang segala nya bagi semua manusia di dunia ini. Orang itu adalah ibu, dan di pusara ini adalah ibuku satu-satunya orang yang kusayangi dan orang yang menyayangi aku di dunia ini dengan tulus.
Ya… aku sudah merasakan bagaimana sakitnya jarak dan waktu menghampiri ku secara tiba-tiba. Jarak dan waktu yang mengambil setengah hidup ku secara tiba- tiba. Dan kenyataan yang paling menyakitkan adalah jarak antara dunia dan akhirat yang terjadi pada ku saat ini, waktu yang terpisah untuk selamanya.
Kadang aku berfikir kenapa harus ada pertemuan jika pada akhirnya ada perpisahan, kenapa harus ada pertemuan jika pada akhirnya jarak dan waktu yang tidak diinginkan terjadi di hidup kita, seketika itu juga aku berfikir ya itu semua sudah menjadi rencana Allah SWT.
Aku ingin menangis meluapkan semua nya, aku ingin teriak sekencang-kencangnya, aku ingin marah. Tapi aku tidak selemah itu, Aku tidak mau mengeluhkan segala sesuatu yang telah terjadi. Pertama, jarak dan waktu telah memisahkan aku dan sahabat tersayang ku. Kedua, jarak dan waktu telah memisahkan aku dan ibu ku.
Tapi aku salah besar, aku tidak bisa menjadi wanita yang kuat, aku lemah. Karena tanpa kusadari cairan bening itu keluar dan mengalir dari kedua mataku. Mengalir deras, tanpa suara rasa sedih, kecewa, sepi , marah aku lampiaskan dalam tangis yang tak kunjung henti, air mata yang terus mengalir. Kudekapkan mulutku, agar tidak sedikitpun suara tangisku terdengar meskipun aku sadar di kuburan ini tidak banyak orang yang akan mendengar tangisan ku, tapi aku tetap menangis.
Kreekk… terdengar suara ranting pohon yang telah mengering diinjak sesuatu. Aku tidak memalingkan wajah. Kurasakan sesuatu itu berjalan mendekat kearah ku dan berjongkok di samping ku. Aku menoleh… dan disini dia tersenyum simpul mengusap puncak kepala ku dan menghapus air mata ku.
Arka, begitu orang-orang memanggilnya salah satu atasan dan teman akrab di kantor tempat ku bekerja
“Belum mau pulang ?” Tanya nya lembut. aku tidak menggubris pertanyaan nya
Hening. Kami berdua sibuk dengan pikiran kami masing-masing
Aku tidak mengerti perasaan apa yang aku rasakan saat ini, tadi aku sangat lah hancur, sedih dan sakit. Tiba-tiba saat Arka datang semua rasa itu hilang yang hadir hanya rasa tenang dan nyaman.
“Yuk pergi, ada meeting kan hari ini ?” tanyaku memecah keheningan
Dia hanya diam menatap ku yang membuat aku bingung
“Eh yuk.. by the way meeting hari ini di cancel, jadi aku antar kamu pulang aja”
Aku sedang tidak ingin bicara, jadi aku memilih diam dan berjalan di depan nya ke arah mobil Arka.
Sekitar 15 menit perjalanan kami, akhirnya kami sampai di depan rumah ku, rumah yang sengaja aku beli dengan ukuran yang tidak terlalu besar karena aku hanya tinggal seorang diri
“ Thanks ka.. mau mampir ?”
“ Hmm ga usah aku langsung pulang aja”
“ Yaudah bye..”
“Bye”
Seperti biasa Arka belum pergi sebelum melihat aku masuk kedalam rumah, setelah menutup pagar aku berjalan ke dalam rumah
“Sampai kapan nye ? sampai kapan lo terus-terusan gak bisa menerima keadaan ini ? kapan lo bisa mengerti arti dari jarak dan waktu yang lo alami sekarang ini ? sampai kapan Anye lo pura-pura kuat tapi nyatanya… nggak sama sekali. Please nye gue mohon buka lembaran baru di hidup lo, jangan terus berkutat dengan kesedihan. Cukup nye, cukup 2 tahun  lo bersedih atas kepergian Bila dan ibu lo ” teriak Arka dari depan mobil nya
Aku menghentikan langkah ku seketika. Seketika itu pula air mata ku tumpah ruah. Arka selalu mengerti aku ntah mengapa dia selalu bisa menyadarkan aku disaat teburuk ku. Aku memutar badan sembari menghapus air mata ku.
“Maaf… maaf…” hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir ku
Arka membuka pagar dan mendekati ku, mengusap puncak kepala ku seperti biasa. Lagi, dia berhasil membuat ku tersenyum lagi.
“ Gue mohon nye, lo harus mulai hidup lo lebih baik lagi. Oke ?!”
“Iyaaa” sahut ku
“ oh iya nye” raut wajah Arka berubah serius “Gue… gue besok berangkat”
“ Bukannya meeting di bandung seminggu lagi ? kok besok ?”
“ Bukan bandung, tapi gue dipindah kerja di jepang selama 4 tahun”
Jlebbb… baru saja dia berhasil mengembalikan senyuman ku dan sekarang dengan tiba-tiba dia menghilangkannya
“Kenapa baru bilang ?” tanya ku datar
“Maaf nye, tapi apapun yang terjadi lo udah janji dengan perkataan gue tadi untuk move on dari masa lalu lo, gue sayang dan cinta nye sama lo. Gue serius. Besok gue flight jam 9 pagi kalo lo mau nganterin gue, maaf nyee”
Aku bengong, aku gak tahu harus bagaimana semua terjadi begitu saja, tiba-tiba dan… menyakitkan.
“Gue… gak tahu harus ngomong apa, lo jahat ka sumpah jahat banget. Tapi… gue pegang janji kita tadi dan satu lagi gue juga sayang dan cinta ga sama lo…”
Tanpa pikir panjang Arka langsung memelukku erat-erat seakan tidak ingin aku lari dan aku membalas pelukannya
“ Sekali lagi maafin aku nye”
Air mata yang setengah mati aku tahan sedari tadi akhirnya tak terbendung lagi, mengalir lah cairan bening itu di pipi ku.

Lagi. Jarak dan waktu kembali menghampiri hidup ku. Dua hal itu memang akan selalu ada mau sebagaimanapun kita menghargai waktu, mau sebagaimanapun kita menjaga jarak. Jika yang ditakdirkan – Nya berbeda dari ekspetasi kita sebagai manusia semua itu terjadi begitu saja. Memang benar adanya perlu ada jarak untuk kita menghargai seseorang dan perlu ada waktu untuk kita menjadi lebih baik karena waktu tidak bisa di putar kembali.

1 komentar:

  1. bagus, terus kembangkan bakatmu dan saya tunggu karya-karyamu yang lain. semangat menulis

    BalasHapus